Apa Saja Peranmu dalam Hidup?

Farhah Kamila
3 min readApr 9, 2022

--

pic source: pinterest.com

Dalam hidup peran yang kita jalankan di dalam lingkaran sosial mungkin banyak –menjadi anak, menjadi orang tua, menjadi suami/istri, menjadi atasan atau bawahan di tempat kerja, atau mungkin menjadi siswa/mahasiswa di sekolah.

Lalu, apa saja peranmu?

Menurutmu, apakah peran itu pilihan atau mereka hanya datang kepada kita?

Tulisan ini ingin membahas bagaimana sebuah peran memengaruhi kehidupan seseorang dan menjadikan diri individu bermakna. Bagaimana cara kerjanya? Mari kita bahas dari awal..

Ketika kita dilahirkan ke dunia, tentu saja, peran anak akan langsung disematkan pada diri kita — tanpa perlu kita minta. Ketika kita memasuki usia sekolah, dengan secara sukarela kita mengikuti kemauan orang tua untuk masuk ke sekolah dasar — peran baru-pun kita dapatkan, seorang siswa. Hingga kita lulus sekolah menengah, penulis rasa peran sebagai siswa pun secara sukarela kita dapatkan (tapi mungkin tidak semua orang).

Jika diingat kembali, semua peran yang kita dapatkan di masa anak-anak dan masa sekolah seluruh tanggung jawabnya kita lakukan dengan sukarela. Tanggung jawab mengerjakan PR, tanggung jawab membereskan tempat tidur, hingga tanggung jawab untuk menghabiskan makanan yang disajikan ibu kita-pun kita lakukan dengan sukarela dan senang hati.

Bagaimana peran kita setelah masa itu? Masa peralihan, dari remaja menuju dewasa. Masa dimana kita diminta untuk memilih, haruskah melanjutkan kuliah ataukah bekerja? Haruskah bekerja atau menikah? Haruskah bekerja atau merawat orang tua yang sakit di rumah? Peran mana yang harus kita ambil tanggung jawabnya?

Memilih bukanlah suatu hal yang mudah. Banyak hal yang harus dipertimbangkan, banyak hal yang harus kita lihat sisi positif dan negatifnya. Tentu saja dengan mengambil satu pilihan, bukan berarti kita terhindar dari resiko di dalamnya.

Lalu, bagaimana kita harus menentukan?

Refleksikan kembali hidupmu, lihat lagi tujuan dari hidup yang kamu inginkan. Pertimbangkan segala kebaikan dan resiko yang akan kamu hadapi ketika mengambil pilihan itu. Ingat selalu bahwa semua pilihan pasti ada hal baik dan buruk di dalamnya, tidak ada hanya salah satunya, tinggal bagaimana kamu siap menghadapi resiko yang akan terjadi.

Itu tadi secara teori…..

Bagaimana keadaan yang terjadi sebenarnya?

Tentu saja penuh stres, cemas, dan ketakutan wkwk. Galau menjadi makanan sehari-hari. Haruskah aku berhenti berusaha untuk mencapai cita-citaku untuk menjadi Psikolog? Haruskah aku bekerja saja? Haruskah aku menikah saja?

Malam-malam penuh pikiran dan kecemasan terus ada, lalu apa yang aku lakukan?

Mengusahakan yang terbaik untuk mencapai cita-citaku, tujuan hidupku yang pertama — menjadi Psikolog. Dan! I did it! Diterima di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta, walau pupus sudah harapan menjadi mahasiswa di PTN ternama di Depok atau Bandung HAHA tapi gapapa, toh jalan menuju Roma nggak cuma satu kan?

Dan ya, aku dapat peran baru, sebagai Mahasiswa Magister Profesi Psikologi Klinis. Bangga? Tentu saja. Beban baru? Tentu. Tapi aku senang menjalaninya, tanggung jawab baru yang menyenangkan.

Lalu, bagaimana dengan pekerjaanku? Ya aku masih bekerja saat itu — dan sampai sekarang-pun masih. Ya, aku mengambil resiko untuk itu, aku punya peran sebagai mahasiswa dan seorang pekerja. Berat? Tentu saja. Mengatur waktu dan menyesuaikan diri antara kuliah dan bekerja tidaklah mudah. Tapi aku masih tetap bersyukur, karena dua peran ini aku semakin sadar bahwa hidupku berarti dan berdaya. Tidak hanya sebagai seorang yang mengejar cita-cita, tapi juga berdaya sebagai seorang pekerja di bidang yang nggak jauh dari cita-citaku — di Klinik Psikologi.

Jadi, peranmu saat ini sebagai mahasiswa dan pekerja? Dan itu pilihanmu?

Betul! Tapi mau aku beri tau hal mengejutkan lainnya? Di tahun 2022 ini aku dapat peran baru — seorang istri! Setelah setahun mendapat peran sebagai mahasiswa dan karyawan, I got this new role. Mengejutkan? Ya, bahkan buatku. Ini adalah pengambilan keputusan terbesar dalam hidupku — bahkan mungkin untuk semua orang ya? :D

Apakah aku kewalahan? Hmmm aku rasa nggak sih ya, aku menikmati setiap prosesnya. Walaupun ada banyak yang harus disesuaikan, terutama masalah bekerja dan kuliah, karena tentu saja aku sudah harus memulai untuk membuat skala prioritas dalam 3 peran besar dalam hidupku ini.

Kesimpulannya adalah peran itu kita yang memilih dan menentukan. Lihat kembali kapasitas diri kita, lihat kembali hal baik dan buruk dalam peran itu, dan refleksikan ke diri kita.

Sekian tulisan sok semi ilmiah, padahal curhat dari Farhah — yang akhirnya nulis lagi setelah 2 tahun. Sampai ketemu di tulisan lainnya, doakan bisa konsisten nulis lagi.

--

--

Farhah Kamila
Farhah Kamila

Written by Farhah Kamila

Sedang belajar menjadi manusia yang lebih baik

No responses yet